• Berbagi Pandangan dan informasi mengenai brand lokal
    Blog & Berita
  • Puluhan Brand dan Terus Bertambah
    Portfolio
  • Kami akan menjawab semua pertanyaan Anda dalam waktu paling lama 24 Jam
    Hubungi Kami
    • Head Office
      Grha Krisbiantoro, Jl. Bromo K 8 Cibubur, Jakarta Timur
    • +62 811 8496 500 (Mobile) / +62 21 2984 1896
    • info@gambaranbrand.com / halogambaranbrand@gmail.com
Berbahagialah Bersama Brand Kita Part 1

Berbahagialah Bersama Brand Kita Part 1

“Your personal values are the best compass for your unique journey”

Chris Hutchinson – Canadian Writer

 

Ada idiom yang sering kita dengar seperti, “menjemput takdir” atau ”keluarlah dari zona nyaman”. Lalu pertanyaannya, memang bisa semudah itu kita merevisi tujuan hidup? Bukankah jalan hidup adalah sebuah roadmap yang sudah jelas dan pasti?

Tiap orang menemukan tujuan hidupnya lewat pengalaman atau proses berpikir yang dalam dan panjang. Seperti sidik jari, masing-masing orang punya kisah dan guratan uniknya tersendiri. Tidak ada yang sama persis. Kalaupun ada kesamaan, itu hanya bersifat parsial saja. Dalam menapaki perjalanan hidup, tentunya kita tidak hanya melewati batas-batas konvensional saja, tetapi juga tantangan-rintangan yang butuh ketekunan dan kadang nyali untuk menghadapinya. Artinya, dalam makna yang lebih teknis, proses hidup itu bukan business as usual. Hidup itu sesuatu yang terus bergulir dan akan selalu bertranformasi, setiap fasenya menuntut pengembangan keterampilan, pengetahuan baru, penggalian potensi diri, hingga keberanian untuk mengambil risiko.

Fisikawan Edward Teller mengatakan, ilmu pengetahuan hari ini adalah metode untuk menavigasi tujuan yang akan dicapai di masa mendatang. Ya, segala jenis pengetahuan, pola pikir, metode, dan teknologi hari ini pun berasal dari jejak-jejak mimpi yang tumbuh di masa lalu. Siklusnya memang begitu. Analoginya, setiap laut punya gelombangnya masing-masing, dan setiap gelombang punya kekuatannya sendiri-sendiri untuk menggoyang sebuah kapal. Walau teorinya bisa jadi sama, namun setiap nakhoda punya cara masing-masing untuk mengatasi gelombang-gelombang itu dalam proses menavigasi tujuannya (navigation of purpose). Begitu pula dengan kita. Kita adalah produk zaman. Sesuatu yang dianggap old school hari ini adalah hal yang modern di masa lalu. Konteks kekinian hari ini belum tentu pas dengan konteks kekinian 20-30 tahun ke depan. Tantangannya sudah pasti berbeda. Perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan tuntutan zamannya sudah pasti juga mengalami penyesuaian. Namun satu hal yang tidak pernah berubah, yaitu tujuan (purpose). Lalu tujuan hidup seperti apa yang sesungguhnya tidak pernah berubah? Kebahagiaan. Manusia rela mati untuk membela kebahagiaannya. Sejarah panjang perlawanan terhadap kolonialisme di negeri kita membuktikan itu. Kesadaran untuk melawan diktatorian penjajah dimulai sejak tahun 1700-an hingga era perang kemerdekaan 1945–1948. Hampir dua setangah abad anak-anak bangsa ini melakukan perlawanan setelah satu abad benar-benar diam terbelenggu. Tujuannya? Ya, kebahagiaan. Bahagia bisa menjadi bangsa yang merdeka. Bahagia bisa menentukan masa depan tanpa tekanan, tanpa paksaan. Cara, strategi, dan instrumen untuk melawan penjajahan juga pasti berbeda-beda di tiap periodenya. Tapi substansi tujuannya tetap sama.

Variabel kebahagiaan memang bermacam-macam. Begitu pula dengan motifnya. Melakukan hal konyol sekalipun bisa membuat orang merasa bahagia. Flexing bisa membuat sebagian orang merasa bahagia. Namun kesederhanaan juga bisa menawarkan kebahagiaan. Bisa bermanfaat bagi orang lain, bisa melahirkan dampak postif pada lingkungan juga sebuah kebahagiaan, dan sebagainya. Oke, lalu apa yang bisa memagari agar motif kebahagiaan bisa diterima di segala situasi dan kondisi? Nilai-nilai jawabannya. Nilai-nilai yang disepakati secara universal sebagai sebuah bentuk kebaikan. Nilai-nilai itu bisa lahir dari mana saja. Bisa dari tradisi, kemanusiaan, kepahlawanan dan seterusnya. Coba kita bayangkan, segokil-gokil-nya anak-anak Jepang dalam bergaya Harajuku, mereka masih mau pulang untuk melakukan chanoyu/sadoo/chado (membuat teh) bersama keluarga. Orang-orang tua mereka masih mengajarkan tentang bagaimana menumbuhkan kebahagiaan esensial lewat cara yang sederhana namun penuh makna. Mencercap hangatnya otemae (teh hijau/matcha) sambil mengucap syukur atas segala nikmat diharapkan bisa menumbuhkan rasa bahagia yang paling mendasar. Lantas, apakah anak-anak Jepang itu tidak bahagia saat seru-seruan di kawasan Harajuku Shibuya dengan dandanan unik mereka sehingga mereka harus pulang untuk menemukan bentuk kebahagiaan yang lain? Mereka jelas bahagia. Mereka bahagia karena bisa leluasa — feel free mengekspresikan diri mereka. Mereka bahagia karena tidak ada yang mengecap mereka aneh — karena semuanya satu frekuensi. Mereka bahagia bisa menjadi apa saja yang mereka inginkan. Mereka hype, namun di sisi lain mereka masih sangat menghormati acara minum teh, paling tidak mereka masih menyimpan kesadaran tentang nilai-nilai yang ada pada acara minum teh sebagai salah satu cara merefleksikan kebahagiaan esensial.

(Bersambung ke Part 2)