Brand association adalah sesuatu yang dihubungkan dengan merek. Konsumen memaknai merek dengan mengaitkannya terhadap sesuatu. Misalnya, Kopi Kapal Api dengan mudah dan praktis. Lalu, Toyota dengan spare part mudah dicari. Mau lebih paham konsep brand association? Baca artikel ini sampai habis, ya.
Memahami Konsep Brand Association
Sebuah merek produk bisa dimaknai bermacam-macam oleh konsumen. Tapi pada produk dengan merek yang kuat, makna ini bisa seragam. Beberapa merek produk mendapatkan keuntungan besar bahkan eksposure dari konsep asosiasi merek ini.
Misalnya saja, merek NIKE diasosiasikan sebagai brand yang identik dengan handalnya performa atletik seseorang. Jadi, saat bicara NIKE, konsumen akan menghubungkannya ke kecepatan berlari, performa fisik, endurance, dan hal atletik lainnya.
Konsep brand association erat kaitannya dengan merek, logo, warna, serta bagaimana produk itu berinteraksi. Kesan-kesan yang timbul dari interaksi merek itu membuat konsumen memperlakukan sebuah merek. Apakah mereka akan terkesan atau justru sebaliknya yaitu mengabaikannya.
Sebagai contoh, saat sedang memikirkan kopi, orang juga akan berpikir dari mana bijinya, bagaimana cara menyeduhnya, aromanya, baristanya, dan hal lain yang melekat pada produk itu. Asosiasi ini berlaku dua arah. Jadi saat memikirkan brand, seseorang juga akan memikirkan objek asosiasinya.
Pengaruh Brand Association Terhadap Bisnis
Brand association adalah hubungan antara merek dengan sesuatu hal dalam benak konsumen. Hal ini memiliki pengaruh yang besar terhadap konsumen. Namun begitu, pengaruh yang diberikan brand association tidak selalu baik. Ada juga pengaruh negative yang terjadi akibat asosiasi merek ini.
Seperti contoh, kesalahan publikasi justru berimbas pada asosiasi merek sebuah produk. Konsumen menganggap merek produk itu mewakili hal negatif. Maka, pengguna produk itupun akan mencerminkan hal negatif tadi. Berikut contohnya:
- Efek Negatif. Beberapa waktu lalu, salah seorang public figure di Indonesia yang kebetulan memiliki produk kecantikan dan skin care tersandung masalah pornografi. Maka, asosiasi merek terhadap produk itu langsung berubah. Orang akan menghubungkan merek dengan kesusilaan dan berpotensi enggan memakainya.
- Efek Positif. Sebuah produk bisa terdongkrak penjualannya karena asosiasi merek yang positif. Contohnya, Raisa baru-baru ini mengeluarkan produk lipstick. Raisa diasosiasikan sebagai artis dengan citra positif, kreatif, dan elegan. Maka produk lipstick milik Raisa pun akan terhubung dengan sifat-sifat ini.
Mengenal Tipe Brand Association
Kotler dan Keller berpendapat bahwa terdapat tiga tipe brand association. Tipe ini bisa mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan pembelian. Berikut ini penjelasannya:
1. Atribut Merek
Merek diasosiasikan kepada atribut merek itu sendiri secara langsung atau tidak. Hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan atribut merek adalah harga, perasaan, user experience, brand personality, dan juga brand image.
2. Manfaat Produk
Merek dikaitkan dengan manfaat inti dari sebuah produk. Manfaat ini bisa secara fungsi, simbolik, dan juga pengalaman. Secara fungsi misalnya sebuah mobil bisa berfungsi dengan baik ketika dikendarai. Dari segi simbol misalnya ketika memakai produk Apple, orang dinilai sebagai orang yang melek teknologi.
3. Perilaku
Asosiasi merek dikaitkan dengan motivasi diri konsumen dimana perilaku ini bisa berupa reward, punishment, knowledge, atau learning. Pendekatan perilaku ini bisa memunculkan asosiasi merek yang kuat terhadap sebuah produk.
Kesimpulannya, brand association adalah konsep hubungan antara merek dengan sesuatu di benak konsumen. Merek bisa dihubungkan dengan atribut produk, emosi, pengalaman pengguna, bahkan brand ambassadornya. Efek dari brand association ini bisa berdampak positif namun juga bisa negative tergantung dengan apa sebuah merek terhubung.